GURU GEOGRAFI PROFESIONAL
(Kenyataan - Tantangan - Pengembangan)
MAKALAH
Disajikan pada Seminar Nasional Pemantapan Profesional Guru Geografi
26 Desember 2007 di Kampus Bumi Siliwangi
Oleh :
Prof. Dr. H. Nursid Sumaatmadja.
ABSTRAK
Fenomena dan isu-isu spasial-global, baik fisik-alamiah maupun sosial-budaya yang terjadi dipermukaan bumi sebagai ruang hidup serta kehidupan, merupakan sumber kajian yang menantang studi geografi. Fenomena dan isu-isu tersebut, wajib menjadi pengetahuan tiap orang, terutama peserta didik yang mempelajari geografi. Oleh karena itu, menjadi tantangan bagi guru geografi untuk mengantisipasinya menjadi bahan pembelajaran yang bermakna, agar masyarakat, khususnya peserta didik tidak menjadi korban masalah spasial-global yang sedanag melanda kehidupan dewasa ini, dan hari-hari mendatang. Hanya disini, bagaimanakah kemampuan profesional guru-guru geografi dilapangan mampu menjadikan fenomena spasial-global itu menjadi materi pembelajaran yang mengembangkan pola pikir peserta didik menghadapi masalah-masalah spasial-global yang tidak terpisahkan dari kehidupan
PENGANTAR
Fenomena apaun dalam ruang peermukaan bumi, baik itu fisikal-alamiah, maupun sosial-budaya, tidak dapat melepaskan diri dari perubahan. Bahkan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya teknologi informasi-komunikasi, perubahan itu sangat mengarus. Kita, terutama guru, lebih khusus lagi guru geografi, harus berupaya terhindar dari korban perubahan, namun berupaya mengendalikan perubahan itu (Masters of Change:Boast, W.M., Martin, B.:2001). Salah satu perubahan yang dialami oleh guru di lapangan, tidak terkecuali guru geografi, yaitu perubahan kurikulum di tingkat sekolah yang tidak jarang “membingungkan”. Perubahan kurikulum ini memang “tuntutannya”, mengantisipasi perubahan yang sedang mengarus dalam kehidupan, terutama perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek-aspek sosial-budaya, ekonomi, dan politik. Namun demikian, dilancarkan perubahan kurikulum tersebut, tidak dilandasi oleh kesiapan/persiapan guru sebagai ujung tombak dilapangan.
Idealnya, guru, khususnya guru geografi sebagai orang lapangan, dengan kemampuan dan kematangan profesional, mampu mengantisipasi perubahan-perubahan tadi. Namun dalam kenyataan, lebih banyak kebingungan dari pada siap mengantisipasinya. Kadar profesional guru, khususnya guru geografi, masih hartus ditingkatkan. Salah satu prinsip profesional guru menurut Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen (Bab III, Pasal 7): “memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat”.
FENOMENA DAN ISU-ISU SPASIAL-GLOBAL
Kehidupan manusia saat ini, dihadapkan pada kenyataan perubahan yang mengarus sebagai dinamika fisikal-alamiah, dan terutama perkembangan sosial-budaya. Pertumbuhan penduduk dunia, termasuk pertumbuhan penduduk Idonesia yang terus meningkat, menjadi faktor pendorong pertumbuhan kebutuhan (needs), baik kuantitas maupun kualitas yang juga meningkat. Kemajuan dan pemanfaatan IPTEK dalam mengolah sumberdaya lingkungan (alam, sosial, budaya), sudah merupakan tuntutan yang tidak mungkin dicegah. IPTEK yang dilematik antara kadar positif (rahmat) dan negatif (laknat), harus menjadi kepedulian bersama untuk mengelolanya. Penerapan dan pemanfaatan IPTEK yang tidak terkendali, yang mengabaikan asas-asas ekologi dan kelestarian, telah membawa dampak negatif terhadap keseimbangan dan kelestarian lingkungan sebagai sumberdaya.
Fenomena dan masalah-masalah spasial-global yang sedang melanda kehidupan dewasa ini, meliputi ;
- produktivitas pangan yang menurun, dan bahaya kelapan sebagai akibat gagal panen karena cuaca serta musim yang tidak menentu;
- erosi, banjir, tanah longsor dan kekeringan akibat rusaknya kawasan penampung hujan (catchment area), daerah resapan, dan areal hutan lindung, sebagai akibat pembalakan liar (illegal loging) yang tidak terkendali, serta pembangunan fisik (pemukiman, gedung-gedung, jalan) yang tidak memperhatikan drainase dan daerah resapan;
- pencemaran lingkungan (udara, air, tanah, suara) yang diakibatkan oleh pembangunan ekonomi (industri, pertambangan) yang tidak menerapkan AMDAL sebagaimana seharusnya.
- Pemanasan global (global warming), sebagai akibat terjadinya “efek rumah kaca” (green house effects) dari pencemaran udara yang makin meningkat (industri/pabrik, kendaraan bermotor), serta diperkuat oleh rusaknya kawasan hijau(pertamanan, hutan, jalur hijau) yang berfungsi menyerap gas-gas buangan.
- Fenomena gempa bumi, tsunami, gelombang pasang, letusan gunung api yang tidak dapat dilepaskan dari perilaku manusia (dalam penerapan, dan menggunakan IPTEK) yang mengabaikan perilaku serta dinamika fenomena alam (percobaan ledakan nuklir liar, penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan).
- Pengangguran dan kemiskinan yang meluas, sebagai akibat kesenjangan antara pertumbuhan penduduk, terutama pertumbuhan angkatan kerja dengan peluang, lapangan serta kesempatan kerja yang terbatas, dan diperkuat oleh ketidakseimbangan sumber-sumber kesejahteraan dampak dari kemiskinan struktural.
Fenomena dan masalah spasial-global tadi, menjadi tantangan bagi guru geografi dan bidang studi geografi, untuk dijadikan materi pembelajaran bagi peserta didik serta juga masyarakat, dalam membina kesadaran dan keterampilan antisipatif terhadap masalah-masalah diatas, sehingga tidak menjadi korban, bahkan dapat mengatasinya.
Guru, khususnya guru geografi dilapangan, masih belum mampu mengembangkan kadar profesional menjabarkan fenomena dan masalah-masalah spasial-global ke dalam materi pembelajaran geografi yang aktual, masih terikat oleh buku teks yang ada. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari beban pokok dalam melepaskan diri dari kehidupan yang menghimpit, akibat tidak seimbangnya penghasilan dengan biaya hidup yang dalam kenyataanya masih berat. Untuk mengembangkan kemampuan profesional sebagai “guru profesional” menurut prinsip profesional (undang-undang no 14/2005): “memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja”. Jika penghasilan yang dirumuskan oleh undang-undang itu telah jelas pada kenyataan, menjadi pendorong bagi guru, khususnya guru geografi untuk meningkatkan prestasi sebagai ciri profesionalisme, sehingga beban hidup yang menghimpit tidak lagi merupakan maslah, bahkan menjadi pendorong realisasi kinerja profesional. Sepanjang kebutuhan hidup pokok belum terpenuhi secara wajar sesuai dengan martabat kemanusiaan, sepanjang itu pula kualitas kerja profesional, sukar terlaksana.
Dalam perkembangan arus kehidupan yang makin mengarah pada sifat materialistik yang dapat dikatakan makin jauh dari nilai-nilai moral, kedudukan guru, termasuk guru geografi sebagai pendidik yang menjadi “ujung tombak” pembinaan sumberdaya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan jaman, hanyalah sebatas “wacana”. Sementara itu, bidang-bidang politik yang tidak langsung berhubungan dengan peningkatan pembinaan sumberdaya manusia generasi mendatang, memperoleh imbalan yang tinggi bila dibandingkan dengan penghasilan guru yang langsung berhubungan dengan proses “penciptaan” generasi yang idealnya berkemampuan kompetitif di ditengah-tengah arus kemajuan dan persaingan.
Temukan di Blog ini
Mohon maaf, silakan terlebih dahulu untuk KLIK tombol BUKA di bawah ini
:
Perkenalkan, saya MUHAMMAD FATA FIRDAUS guru Geografi SMA Negeri Punung. Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, mohon kritik dan saran yang membangun untuk peningkatan kualitas dan kemajuan blog saya.
Sabtu, 09 Oktober 2010
Guru Geografi Profesional ( Bagian 1 )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar